Posted by : Ananda Arifianto Selasa, 11 Mei 2010

Assalamualaikum Wr. Wb.

bertemu lagi dengan saya. kali ini saya akan membuat post tentang kebajikan

KEBAJIKAN

apa yg ada di pikiran anda bila mendengar atau melihat kata kebajikan?
apakah anda bisa mendeskripsikannya?
saya sendiri sebenarnya belum tau apa itu kebajikan
menurut deskripsi saya, kebajikan itu merupakan kebaikan (Correct Me If I'm Wrong)

Agama kita mengajarkan berbagai macam kebajikan. Dalam rentang waktu yang mengiringi usia kita dan di bawah kolong langit tempat memijak di bumi, tidak ada kesempatan yang mustahil bagi kita untuk berbuat kebajikan. Apalagi, fungsi kekhalifahan manusia (QS Albaqarah [2]: 30) memungkinkan sifat-sifat kebajikan Allah (asma’ul husna) mendekam dalam pribadi orang perorang.
Kebajikan memiliki arti yang luas. Secara khusus, Allah mengungkapkan perinciannya, “...sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya bila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan...” (QS Albaqarah [2]: 177)

Kebajikan di sini juga mempunyai sebuah ukuran

Ukuran Kebajikan

Mengukur seseorang tentang kebaikannya (kebajikannya) harus terpenuhi (minimal) lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah:

1. Segi Keimanan.

Sebagai orang yang beriman ia adalah orang yang sangat menyadari bahwa dalam hidup dan kehidupannya ada Dzat (sesuatu yang ghaib) yang Maha Mencipta dan Mengatur alam semesta ini.

Gerak-geriknya senantiasa dilihat oleh Allah SWT. Selain itu ia juga orang yang menyadari, bahwa segala sesuatu (termasuk dirinya sendiri) akan mengalami kematian.

Semuanya pasti akan berakhir, kecuali Dzat Allah SWT. Tidak hanya itu, ia juga beriman kepada para Malaikat, khususnya Malaikat Raqib (pencatat amai-amal baik) dan Malaikat Atid (Pencatat amal-amal buruk).

Kecuali itu, ia juga seorang yang selalu mengikuli aturan-aturan hidup (Kitab Suci al Qur’an). Seluruh kehidupannya selalu sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam kitab-kitab suci, khususnya al Qur’an.

Setelah keempat keimanan tersebut (tidak ketinggalan) keimanannya kepada para Nabi Allah pun adalah hal yang sangat mempengaruhi hidup dan kehidupannya. Para Nabi tersebut adalah pembawa ajaran keselamatan dan kebahagiaan bagi umat manusia, termasuk Nabi SAW. sehingga dalam menjalani kehidupan sehari-hari ia selalu mengikuti ajaran yang dibawa para Nabi tersebut.

2. Segi Kepedulian sosial.

Orang yang baik dalam pandangan Allah SWT, tidak cukup dengan modal keimanan saja, akan tetapi ia juga harus memiliki kepedulian terhadap sesama umat manusia, seperti kepada keluarganya sendiri, anak-anak yatim, orang-orang miskin, kaum dhu’afa dan orang-orang yang kehilangan hak dan wewenang (hamba sahaya).

Orang yang baik tidak akan membiarkan orang-orang tersebut, kecuali diperhatikan dan dibantunya serta disayangi dan dihormatinya. Orang baik tidak akan mau menumpuk kekayaan, kecuali dibagikannya kepada orang-orang yangberihak menerimanya. Dan orang baik adalah yang memiliki perasaan senasib dan sepenanggungan bersama orang lain.

3. Segi ibadah.

Seseorang yang telah baik imannya, ia juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi, (namun) untuk menggolongkannya sebagai orang baik dalam pandangan Islam, ia juga haruslah melaksanakan ibadah shalat dan membayar zakat hartanya secara baik dan benar.

Apabila pelaksanaan shalatnya benai-benar didasari oleh nilai ketaatan dan kecintaan yang tinggi kepadaAllah dan Rasul-Nya, serta dengan pelaksanaannya yang sesuai dengan ketentuan yang telah anda dan dicontohkan oleh Nabi SAW.

Sementara ia senantiasa membayar zakat hartanya dengan ikhlas dan dengan cara yang baik dan benar, maka (dengan sendirinya) ia telah membangun hubungan baik dengan Allah SWT (hablum minallah) dan hubungan baik dengan manusia (hablum minannas).

4. Segi penepatan janji.

Menepati janji adalah hal yang sangat penting. Posisinya menjadi tolok ukur kebaikan seseorang. Apabila seseorang selalu menepati janjinya maka ia telah menyelamatkan diri dari sebahagian ancaman kemunafikan. Oleh karena itu, menepati janji termasuk syarat untuk menjadi baik dalam pandangan Islam (QS. Al Baqarah: 177).

5. Segi kesabaran.

Dalam pandangan Islam (Allah SWT) orang baik harus memiliki sifat sabar. Walaupun seseorang telah memiliki iman, kepedulian sosial, melaksanakan shalat dan membayar zakat, dan juga senantiasa menepati janji, namun apabila ia tidak memiliki sifat sabar yang baik dan benar, maka ia belum termasuk baik dalam pandanganAllah SWT.

setiap orang pasti memiliki sisi kebajikan masing-masing
walaupun luarnya mungkin memang 'seram' atau apalah itu, pasti di dalam sana terdapat sebuah kebajikan atau kebaikan yang belum tentu kita memilikinya.

oke cukup sampai sini dulu
mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

About Me

Foto saya
Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia
Lahir dari sebuah keluarga di Jakarta. Saat ini saya masih kuliah di Universitas Gunadarma. Tulisan di blog ini mungkin tidak bagus, tapi saya hanya ingin menuangkan apa yang ada di pikiran saya. Please, Enjoy it..

Popular Post

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Under Reconstruction -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -